Sewu Kupat Sebagai Wujud Syukur dan Hormat Kangjeng Sunan Muria

Bupati Kudus H. Musthofa menyebut sewu kupat tahun ini mencapai puncaknya karena sajian yang semakin bagus. Hal ini dikatakannya pada media pada acara yang digelar di Taman Ria Colo, Dawe, Minggu (2/7/2017)

Tradisi Parade Sewu Kupat Kangjeng Sunan Muria ini digelar tiap tanggal 8 Syawal. Bahkan, ritual untuk ngalap berkah salah satu walisongo pada tahun ini luar biasa.

"Kami bersama para penggagas sewu kupat inilah yang memunculkan tradisi ini. Bersama saya, di tangan merekalah kreativitas tradisi ini lahir," kata Bupati Kudus sebagai penggagas sewu kupat yang namanya tercatat pada sebuah batu prasasti tentang tradisi ini.

Seusai penyerahan piagam bagi penggagas tradisi ini, lebih lanjut bupati mengatakan bahwa tradisi yang sudah sepuluh tahun ada di Colo ini sebagai wujud rasa syukur atas limpahan berkah dari Allah SWT. Kekayaan alam dan budaya tentu butuh kesadaran semua pihak untuk melestarikan dan mengembangkannya.

"Kami ingin, potensi dan budaya yang ada di Kudus/Muria ini dikenal luas. Dari Kudus menuju Indonesia untuk menguasai dunia," harapnya.

Sebagai wujud pelestarian budaya di Muria ini, Bupati Kudus menyerahkan buku 'Mitologi Ritual di Kaki Muria' pada Dinas Dikpora dan berbagai sekolah. Harapannya, anak-anak bisa menghargai budaya sebagai potensi keberkahan dan ritual yang tidak boleh dilupakan dan harus dilestarikan.

"Terima kasih semua pihak. Sewu kupat dengan makna jamak tentang kebersamaan ini harus tetap dilestarikan sampai kapanpun," pungkasnya yang berharap Muria dan Kudus ini menjadi pusat hadirnya para wisatawan dari berbagai daerah. (don).
Share on Google Plus

About klikdoni

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar